Sabtu, 24 November 2012

TERNYATA TUHAN ITU ADIL



Seorang petani di bawah teriknya matahari sedang beristrahat. Dia duduk dibawah pohon asam miliknya. Matanya sesekali melihat buah asam, lalu ke buah labu.
” Ah….Tuhan sungguh tidak adil. Asam, pohonnya besar tapi buahnya kecil-kecil”.
” Sedang Labu, batangnya kecil, tapi buahnya malah besar”.
Tak lama kemudian, jatuhlah buah asam tepat kena hidungnya. Dia kaget lalu berpikir.
” Ternyata Tuhan adil. Andainya buah asam sebesar buah labu, gimana nanti hidungku……….?”.

Tuyulkah…….???




Laju kendaraan tak terlalu kencang. Saat itu sekitar jam sembilan  malam.  Sebentar lagi aku akan turun. Tiba-tiba sopir menghentikan kendaraannya tepat di depan makam pahlawan. Lalu turun memeriksa lampu depannya, menggosok mukanya lalu berjalan kebelakang.
Pikirku pak sopirnya mau buang air kecil. Ternyata tidak………
Dia naik kembali dan mulai menyalakan mobil. Mobil mulai bergerak. Semua penumpang tak peduli dengan tingkah pak sopir.Karena tak ada yang aneh.
Selang beberapa menit kemudian, pak sopir mulai bicara. Kalo dirinya baru saja diikuti oleh anak kecil. Semua penumpang termasuk aku kaget.
” mungkin tuyul “. Kata seorang penumpang
“Disekitar sini memang banyak yang keramat”. kata Penumpang lain memberikan tanggapan.
Aku mulai teringat kembali dengan cerita temanku yang pernah mengalami kejadian aneh di tempat yang sama. Waktu itu temanku pulang malam juga. Tiba-tiba mobil yang ditumpanginya berhenti karena seorang anak kecil melambaikan tangannya pertanda mau menumpang. Maklumlah mobilnya adalah mobil angkutan umum
Belum di buka pintu mobil, anak kecil tersebut sudah ada diatas mobil. Kata temanku, semua penumpang tidak ada yang terlalu memperhatikan kejadian aneh tersebut.
” Pelan-pelan pak sopir. Aku turun di depan makam pahlawan”. Kata si anak tersebut. dia duduk tepat bersebelahan dengan temanku. Semua penumpang heran, karena badannya kecil layaknya anak berumur belasan tahun, tapi suaranya seperti orang dewasa.
Ketika mobil berhenti, dia pun turun tanpa pintu mobil dibuka. Dia lalu membayar sewanya. Anehnya lagi tangannya panjang menyerahkan uangnya. Sedangkan dia berdiri di sebelah kirinya mobil.
Tak lama setelah meninggalkan tempat berhentinya, pak sopir baru sadar, kalau anak kecil tadi bukannya membayar pakai uang, tapi beberapa lembar daun-daun kering…………….

Cerpen Kasmad Bachtiar

Wanita di Bis



Perkenalanku dengannya berawal ketika kami sama-sama menumpang sebuah bis malam. Aku sebenarnya berada di tempat duduk sebelahnya. Perjalanan diwarnai dengan hujan yang amat deras. Percikan-percikan air hujan dari atas atap mobil lewat ventilasi mengenaku. Hal ini memaksaku kadang berdiri dari tempat dudukku sambil memeriksa keadaan. Kulihat barang bawaanku, sebuah kardus kecil yang kutaruh dilantai dekatku, juga kena percikan air.

Laju mobil membelah malam . Penumpang umumnya terdiam masing-masing ditempat duduknya. Ada yang tidur-tiduran, ada yang merokok sambil menikmati alunan musik. Tinggal Aku sendiri yang semakin gelisah.
” Sial…” Begitu pikirku. Aku menyalahkan diriku sendiri yang memilih duduk di bawah ventilasi. Seorang kondektur mungkin memperhatikanku datang memeriksa. Rupanya sumber percikan itu dari ventilasi yang tidak tertutup rapat. Setelah semuanya beres, dia pun minta maaf lalu meninggalkanku.
” Basahkah ? “, Sebuah suara menegurku. Aku mengiyakan sambil memandang kearahnya. Rupanya seorang perempuan yang lagi duduk sendirian. Dia lalu menawarkan agar Aku pindah tempat saja.
Tanpa pikir panjang lagi, Aku segera beranjak menuju tempat duduk yang ditawarkan. Lalu  berkenalan dengannya sambil tanya-tanya. Bermula dari pertanyaan yang ringan. Tanya nama, alamat,  tujuan kemana dan seterusnya.

Sepanjang perbincangan, kami merasa kalau perempuan ini cukup luwes. Kami semakin akrab saja. Kadang Aku mencuri pandang ingin tahu seperti apa wajahnya. Cukup cantik juga. Begitu Aku menilainya.
Lampu dalam ruangan mobil mulai dipadamkan. Itu berarti waktu sudah mendekati jam 10 atau lewat jam 10. Sedikit pun tak ada tanda hujan segera reda. Cuaca dingin semakin menggigit. Kucoba menggerakkan tubuhku agak rapat ke perempuan disampingku. Terasa hangat kini. Tak ada reaksi sedikitpun darinya. Mungkin dia juga merasakan cuaca dingin. Kulihat tangannya sedang sibuk mengutak-atik hpnya.
” Oh..ya, suami kamu dimana ?”. Tanyaku sekedar memastikan apa sudah bersuami atau belum.
” Surabaya “, jawabnya singkat. Kedengarannya agak ragu. Hatiku bergetar juga setelah tahu kalau dia benar sudah bersuami.
” Tak ikut kesana ? “, tanyaku ?
” Aku baru pulang dari Surabaya. Satu bulan disana “
” Punya anak berapa sekarang ?”
” Belum. Aku baru setahun menikah, ” jawabnya.
Pikiranku mulai menerka-nerka tentang sosok disampingku  Mungkinkah dia kesepian karena suami tak bersamanya ?. Apalagi  belum punya anak.
” Mas sendiri punya anak berapa ?.” Tanyanya.
” Satu. Tapi keluargaku tidak bersamaku juga. Aku kadang-kadang saja pulang. Kadang sebulan, bahkan lebih. ” Jawabku.
” Sama dong dengan Aku”. Katanya sambil tertawa kecil. Aku ikut tertawa sambil berani memukul pelan pahanya. Dia tidak melarangku atau memperingatiku. Aku ingin lebih berani lagi. Tapi dadaku berdetak kencang. Aku ragu. Nyaliku ciut juga.

Kuawasi disekitarku. Semunya tenang. Sebagian besar sudah molor. Pantas saja. Waktu sudah jauh malam. HP kumasukkan kembali kedalam saku setelah mengecek jam.
Suasana bertambah sepi. Setelah suara dari tape recorder ikut di matikan pak sopir.
Perbincangan kami berlanjut. Kami berdua merasa seperti teman lama yang bari ketemu. Tak ada perasaan ragu-ragu. Lupa kalau kami baru saja berkenalan.

Ira, begitu nama perempuan tersebut biasa dipanggil, lebih banyak bercerita tentang keluarganya. Tentang adik-adiknya yang semua laki-laki yang sudah pada menikah dan sangat jarang ketemu. Tentang mamanya yang tinggal berpisah dengannya,  Dan banyak lagi. Bahkan kebiasaannya merantau sebelum menikah pun tak luput di ceritakan.

” Dulu, Aku pernah bekerja sebagai sales kosmetik. Pernah ke Kendari, pernah juga ke Poso. Tapi semenjak sudah menikah, tak pernah lagi. Suami melarangku.”
Aku hanya mengangguk pelan sambil melihat kearah jalanan yang basah. Kulihat Ira beberap kali memperbaiki posisi duduknya. Mungkin terasa capek karena menempuh perjalanan panjang. Aku pun melakukan hal yang sama. Agak rapat lagi.
Tak terasa waktu sudah hampir subuh. Alunan Ayat Suci AlQuran dari tiap mesjid yang di lalui mulai terdengar. Tak lama lagi kota tujuan, Makassar, semakin dekat. Itu berarti penumpang satu demi satu akan turun.
Demikian halnya denganku. Saatnya berpisah dengan Ira. Sebelumnya tak lupa kami saling bertukar nomor handphone.
” Suatu saat hubungi aku. ” Kataku sebelum turun sambil bersalaman. Kugenggam erat-erat tangannya. Dia tak bersuara. Hanya tersenyum mengangguk. Ada rasa kasihan terhadapnya. Kubayangkan kembali bagaimana rasa sepi bila ditinggal jauh sang suami dan masih belum punya anak.
————–
Entah yang kesekian kalinya HP-ku terus berdering. Kulihat nama peneleponnya. Oo…oo… Rupanya Ira, yang beberapa minggu lalu bersamaku di bis.
Kucoba untuk menghubungi kembali. Selang waktu kemudian, mulai terdengar suara mungilnya.
” Lagi ngapain sekarang ?” Tanyaku memulai pembicaraan.
” Tidak. Aku cuma mau dengar suara kamu.” Jawabnya
” Oh.. ya.. ?”.
” Aku minta maaf dan mau jujur sama kamu. Sebenarnya suamiku ada bersamaku. Bukan di Surabaya.”
” Hmmm…. Terus…!!”
Aku sudah punya anak satu, dari suamiku yang pertama. Tapi dia meninggal ketika usia perkawinan kami menjelang tiga tahun.”
Kudengar jelas tarikan nafasnya diujung telingaku. Aku hanya diam ingin mendengarkankan kelanjutan ceritanya.
” Yang sekarang ini, suamiku yang kedua. Kami baru setahun menikah.” Jelasnya.
” Dengan siapa kamu di situ ?”. Tanyanya
” Aku sendiri” Jawabku singkat.
” Tak ada orang lain kan ?”. Tanyanya sekali lagi ingin memastikan.
” Tak ada…..” Suaraku agak tinggi.
Kedengarannya dia tampak puas, setelah tahu kalau benar aku cuma sendiri.
” Aku tidak mau kalau ada orang lain di situ. Karena ada hal yang ingin aku katakan sama kamu. Sebenarnya ini masalah yang sangat pribadi sekali.”
“Tak apa-apa. Katakan saja.” Jawabku meyakinkan
” Benar aku telah dua kali bersuami, tapi sekali pun tak pernah aku rasakan, yang kata teman-temanku sampai puncak.”
” Ah…masa’ ?…. Tak masuk akal”. Protesku
” Iya…”
” Kamu sudah punya anak kan ?”
” Memang sudah punya. Tapi katanya orang, kita bisa saja hamil walaupun tidak merasakan kenikmatan” sanggahnya.
” Lalu apa yang kamu rasakan ” Tanyaku selidik
” Cuma rasa sakit”
Sampai disitu, kami semua pada diam. Aku tak tahu lagi harus bertanya apa. Aku  tak punya pengetahuan tentang hal-hal demikian. Aku bukan Ahli seperti Dr. Boyke. Yang aku bisa hanyalah mendengarkan kisahnya, tapi tak mampu memberikan masukan atas masalahnya. Kecuali sebatas prihatin semata.
Mataku menerawan jauh. Mencoba kembali mengingat semua ucapannya. 1001 macam pertanyaan di benakku. Benarkah ada orang lain yang mengalami hal seperti ini ?. Bila hal ini terjadi, apakah perempuan tersebut di kategorikan sebagai wanita malang ?.
Hubungan kami tetap berlanjut. Walaupun hanya lewat jalur telepon. Kerapkali permasalahannya disampaikan ulang kepadaku. Kucoba menghibur atau mengalihkan ke pembicaraan lain. Kadang Aku membuat lelucon agar dia tertawa. Oh…..Wanita di bis, Wanita yang malang………..

Kamis, 22 November 2012

SEJARAH SINGKAT DAN PERKEMBANGANNYA KSP BERKAT BULUKUMBA

Pendiri KSP BERKAT

Pendiri KSP BERKAT
 SEJARAH SINGKAT
DAN PERKEMBANGANNYA
1. Sejarah Singkat KSP Berkat Bulukumba
Pada Rapat Anggota tanggal 25 Februari 1967, dibentuk Koperasi Simpan Pinjam yang diberi nama “Berkat” yang letaknya di Perkampungan kumuh Kampung Nipa, dalam Kota Bulukumba disebuah rumah panggung kecil kepunyaan Almarhum Lambaru yang pekerjaannya waktu itu sebagai Mandor Pasar Kampung Nipa.
Koperasi tersebut dipelopori oleh Sdr. H. Arifuddin, seorang Pegawai Negeri yang jabatannya waktu itu ialah Wakil Kepala Wilayah Kecamatan Ujung Bulu dalam Kota Bulukumba, setelah melihat dan menyadari bahwa citra Koperasi hampir hilang, sebagai akibat banyaknya Koperasi Konsumsi yang waktu itu bubar karena mengharapkan jatah dari pemerintah sudah ditiadakan.
Peralihan dari pemerintah Orde Lama ke Pemerintah Orde Baru, sebagaimana yang sudah-sudah maka seluruh Koperasi yang tadinya mengharapkan bantuan/jatah tidak aktif dan lama kelamaan membubarkan diri.
Akibat kefakuman Koperasi masa itu, maka timbul rentenir bagaikan jamur tumbuh dimusim hujan, banyak anggota masyarakat yang terlibat rentenir utamanya dikalangan Pegawai Negeri, karena gaji Pegawai Negeri waktu itu sangat rendah, maka sangat dibutuhkan Koperasi Simpan Pinjam Berkat untuk mengantisipasi peranan rentenir.

2. Susunan Pengurus Yang Pertama

Rapat Calon Anggota yang hadir sebanyak 25 orang dan Modal Pertama Rp 5.000,- (Lima Ribu Rupiah) yang berasal dari perorangan, Koperasi Simpan Pinjam Berkat dibentuk dengan susunan Pengurus sebagai berikut :
1. Ketua : H. Arifuddin (Almarhum)
2. Wakil Ketua : Abd. Majju (Almarhum)
3. Bendahara : Abd. Kasim. L
4. Sekretaris : M. Alimin Ware
5. Pembantu : 1. Lambaru (Almarhum)
2. M. Jamal (Almarhum)

3. Modal Pertama
Dengan Modal sebanyak Rp 5.000,- (Lima Ribu Rupiah) ditambah semangat yang besar bekerja dengan bersungguh-sungguh serta dengan penuh


keikhlasan dikalangan Pengrus tersebut, maka Koperasi ini dari tahun ke tahun mengalami kemajuan yang sangat meyakinkan sehingga anggota dapat mengalami peningkatan kesejahteraan.

4. Simpanan Pokok, Wajib dan Simpanan Lainnya
Simpanan Pokok sejak didirikan pertama hanya Rp 50,- (Lima Puluh Rupiah) dan Simpanan Wajib Rp 1,- (Satu Rupiah) perbulan perorang.
Perkembangan dari tahun ke tahun selalu diadakan penyesuaian yang sampai saat ini Simpanan Pokok sebesar Rp 400.000,- (Empat Ratus Ribu Rupiah) dan Simpanan Wajib Rp 3.000.000,- (Tiga Juta Rupiah).
Selain daripada itu untuk memperbesar Modal Koperasi diupayakan Simpanan Manasuka / Berjangka begitu pula Simpanan Sipatuwo.

5. Badan Hukum
Selang hanya 3 (tiga) hari saja, yaitu tanggal 1 Maret 1967, terbit pengakuan / Badan Hukum No. 03 /BH/IV/1967 yang berusaha dibidang Jasa / Simpan Pinjam yang satu satunya di Kab. Bulukumba.
Kemudian dengan berlakunya Undang Undang No. 25 Tahun 1992, tentang Perkoperasian maka Koperasi kita menyesuaikan diri dengan Undang Undang yang baru, maka diadakan lagi perobahan Anggaran Dasar dengan No. 06 /BH/PAD/KWK.20/IV/1996, tanggal 22 April 1996 dan jo. No. 55 Tahun 2006, Tanggal 15 Maret 2006.
6. Pembentukan PT. Berkat
Sehubungan dengan adanya ketentuan melarang bagi Koperasi Simpan Pinjam berusaha dibidang lain selain dari usaha simpan pinjam, maka semua unit usaha yang terlanjur ada sebelum berlakunya Undang-Undang No.25 tahun 1992, maka dibentuklah sebuah PT (Persero) yang diberi nama PT. Berkat, untuk meneruskan unit-unit usaha selain Simpan Pinjam yang dimiliki oleh Koperasi.

7. Pembentukan Kantor Cabang dan Cabang Pembantu

Dalam perjalanan dari tahun ke tahun Pengurus Koperasi Simpan Pinjam Berkat selalu memperhatikan pemantapan usaha-usaha dan organisasi serta administrasi, maka sampai kini telah berhasil dibentuk 28 Kantor Cabang yang berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten dan 40 Kantor Cabang Pembantu yang berkedudukan di tingkat wilayah Kecamatan dalam 26 Kabupaten / Kotamadya se Propinsi Sulawesi Selatan dan Propinsi Sulawesi Barat.

Palestina: Kami Selalu Diperlakukan dengan Tidak Adil!


Kamis, 22 November 2012 13:39 wib
Foto : Dubes Palestina Fariz N Mehdawi (Heru/Okezone)
Foto : Dubes Palestina Fariz N Mehdawi (Heru/Okezone)
JAKARTA - Duta Besar Palestina Fariz N. Mehdawi mengutarakan kekecewaannya atas ketidakadilan komunitas internasional, terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Palestina. Mehdawi mengaku, bangsa Palestina cukup marah dengan hal ini.

Ketidakadilan seringkali dialami Palestina dalam forum-forum internasional. Kejahatan terhadap kemanusiaan seringkali dilakukan oleh Israel, namun Negeri Yahudi itu tidak pernah dijatuhi sanksi apapun. Hal itu disampaikan oleh Dubes Mehdawi saat diwawancara oleh Okezone di kantor Kedutaan Besar Palestina di Jakarta, Senin (19/11/2012).

Apa pendapat Anda mengenai sikap PBB terhadap isu Palestina dan Israel?

Kami sering marah, terutama pada PBB. Israel selalu melakukan kejahatan apapun dan mereka tidak pernah dihukum, ini jelas tidak adil. Mereka harus dihadapkan ke pengadilan seperti Slobodan Milosevic (mantan Presiden Serbia).

Sistem internasional sepertinya tidak berguna bagi Israel karena mereka tidak mau menaati aturan. Israel selalu arogan, dan saya rasa inilah saatnya bagi kami untuk bersatu.
 
Bagaimana dengan Amerika Serikat (AS)?

Kita tidak pernah menentang mereka, tapi AS selalu menerapkan kebijakan standar ganda. Mereka menyuarakan penegakkan HAM dimana-mana seperti halnya HAM di Papua atau HAM di antah-berantah. Tapi ketika dihadapkan dengan isu Palestina, mereka tidak berkomentar.

Kita semua hidup di era modern, era facebook, era internet. Seluruh peristiwa diketahui dengan mudah lewat informasi-informasi. Kebijakan AS kepada Israel sudah tidak layak untuk diteruskan.

AS memang selalu memberikan dukungan kuat pada keamanan Israel. Apa tanggapan Anda?

Mungkin AS adalah negara yang terbaik dari sisi militer dan lainnya, oke. Tapi sayangnya, dukungan AS terhadap Israel membuat Israel menjadi agresif. Dengan dalih membela diri, mereka mendukung serangan israel. Obama berpikir Israel yang memiliki angkatan udara terbaik dan senjata nuklir sudah terancam.

Israel dinyatakan berhak mempertahankan diri, oke. Tapi bagaimana dengan Palestina. Palestina juga punya hak untuk mempertahankan diri.

Bukankah Obama sudah berjanji dengan penciptaan solusi dua negara?

Solusi dua negara sudah dijanjikan kepada kami sejak lama. Namun masalahnya, solusi itu tidak tercapai. Prioritas kami saat ini adalah menghentikan kekerasan. Inilah yang membuat kami mendukung langkah Mesir untuk menjadi mediator.
 
Bila Palestina sudah jadi negara anggota PBB, Apa yang ingin dilakukan Palestina?

Kita akan terus bernegosiasi dengan Israel mengenai masalah batas wilayah. Kita akan membahas kapan mereka menarik pasukan dari wilayah Palestina, bagaimana mekanismenya, dan di mana letak perbatasan Palestina dan Israel.